My Family

aku tidak peduli betapa miskinnya seseorang, jika dia mempunyai keluarga maka dia kaya
Harta yang paling berharga adalah keluarga. Tanpa adanya keluarga kita bagaikan sayur tanpa perasa, hambar. Keluarga yang lengkap, dan harmonis mungkin sudah cukup mewarnai hidup seseorang. Namun jika seseorang itu besar dalam keluarga yang tidak lengkap bagaimana? Apakah dia masih bisa mendapatkan warna itu? 
Aku akan membagi kisah keluargaku untuk kalian, hanya MEMBAGI bukan membuka AIB. 
Dulu, sebelum aku lahir di dunia ini, keluargaku adalah keluarga yang lengkap namun tidak harmonis. Bapak, Ibuk, Mbak Andina, dan Mbak Lina. Mereka bukan seperti keluarga bahagia yang lainnya, atau yang kalian punya. Bapakku, beliau tidak pernah memberi nafkah untuk ibuku, beliau seringkali bermain wanita di belakang ibuku dan ibuku tahu perilaku beliau. Bapakku tidak pernah memberi uang sekolah untuk anaknya, tidak pernah memberikan uang belanja untuk ibuku, tidak pernah membelikan baju hari raya untuk kakak kakakku. 
Bapak dan Ibuku seringkali terlibat cekcok karena persoalan itu, gaji bapakku di gunakan untuk berfoya foya, untuk membahagiakan "wanitanya" hingga beliau lupa kalau beliau sudah berkeluarga. Dengan sikap bapakku yang seperti itu, Ibuku bekerja seorang diri untuk menghidupi anak anaknya, untuk membiayai sekolah anak anaknya, untuk membahagiakan anaknya hingga ibuku lupa akan kebahagiaan beliau sendiri. Kegiatan itu berlangsung hingga aku berusia 3 tahun. Saat aku masih menjadi balita, ibuku menggugat cerai bapakku. Sidang perceraian lancar hingga akhirnya status baru di miliki oleh ibuku yaitu Janda. Ya sejak saat itu aku dan kedua kakakku hanya hidup bersama ibu. Ibu yang menjadi kepala keluarga, ibu yang menjadi tulang punggung keluarga, ibu yang merangkap menjadi bapak. 
Aku yang lambat laun sudah menjadi anak anak bukan lagi balita merasakan efek dari keluarga tidak lengkap. Aku sempat iri sama temen temenku yang sekolah bisa di antar ayahnya, yang saat ambil raport ayah ibunya datang, yang saat ada pensi ayah ibunya melihat. Aku iri pada mereka yang memiliki keluarga yang lengkap dan harmonis. 
Namun itu hanya pemikiran anak anakku. ketika aku sudah mulai beranjak remaja aku menjadi berfikir, untuk apa aku iri dengan mereka yang besar dalam keluarga yang lengkap dan harmonis. Aku juga sudah mempunyai keluarga yang lengkap dan harmonis, aku mempunyai ibu yang luar biasa tangguhnya, mempunyai ibu yang sangat amat menyayangi anak anak gadisnya, ibu yang sangat amat teramat kuat, ibu yang sangat amat teramat sabar. Pokoknya ibuku adalah hidupku. Aku juga mempunyai dua kakak yang begitu menjaga dan menyayangi antar saudara. Kurang harmonis apa?? aku sudah merasa harmonis dan berwarna. 
Pahlawanku adalah ibuku sendiri yang mampu berjuang melawan apapun untuk kebahagiaan anaknya. Beliau adalah hidupku, tanpa ada ibu mungkin aku bagai bumi tanpa grativasi, tak terarah dan mudah jatuh. Ibu yang menguatkan akanya jika anaknya sedih, ibu yang slalu memberi nasihat jika anaknya salah, ibu yang slalu menghapus air mata anaknya jika anaknya menangis, ibu yang akan marah jika anaknya dihina. Ya meskipun ibuku single parent tapi kita bertiga merasa hidup kita berwarna dan lengkap.
Dan untuk Alm. Bapakku. Meskipun sikap beliau sangat mengecewakan kami, tapi bapak tetap bapakku selamanya, karena gak ada yang namanya mantan bapak dan mantan anak, tanpa ada bapak mungkin kita juga tidak ada disini. Kita tidak bisa menimmati hidup yang bergelombang ini. Dan karena Bapak pula kita tumbuh menjadi sosok yang kuat dan tidak mudah rapuh.
Terimakasih Ibu dan Bapak tanpa kalian mungkin aku dan mbak mbakku tidak merasakan pahit manisnya hidup, tidak punya pelajaran hidup yang indah dan mengesankan. Dari kalian aku bisa belajar banyak hal tentang hidup terutama untuk pernikahan dan rumah tangga.  


NB: meskipun kita besar dalam keluarga yang broken home tapi kita tidak tumbuh menjadi anak yang menyimpang seperti kebanyakan anak yang tahu kalau orang tuanya berpisah. Kita mengambil baiknya saja, dengan perceraian ibuku bisa hidup bahagaia, tentram, tanpa beban pikiran, dengan perceraian pula bapakku bisa berfoya foya tanpa cekcok dengan siapapun, tidak ada yang melarang beliau untuk berfoya foya. Dan dengan perceraian aku dan mbak mbakku jadi pribadi yang kuat dan tidak manja. Jadi tidak selamanya hidup dengan orang tua tunggal itu meyedihkan, bisa menjadi berwarna kalo kita bisa ambil hikmahnya saja. 


with love, 
Jean❤❤

Komentar